Sebenarnya saya merupakan nasabah “tua” BNI. Saya sudah
memiliki rekening BNI sejak SMP Kelas 3, yang itu artinya 15 tahun yang lalu. Namun,
saya bukan “orang tua” yang setia. Beberapa kali saya berganti rekening, dengan
berbagai alasan, namun pada akhirnya kembali juga pada cinta pertama saya.
Rekening BNI pertama saya, saya dapat dari hadiah Lomba
Menulis Surat yang diadakan PT. Pos Indonesia, Mojokerto. Memiliki rekening
tabungan sendiri di usia sedini itu adalah hal yang luar biasa bagi saya kecil.
Ketika pertama kali menerima buku tabungan, saya masih ingat benar, saya tidak
bisa tidur. Berkali-kali saya buka rekening tabungan saya, takut kalau-kalau
jumlahnya sewaktu-waktu bisa berkurang. Meskipun nominal yang saya terima waktu
itu tidak terlalu besar (untuk masa sekarang) yaitu sebesar Rp 250.000,- (saya juara
ke-dua), namun bagi anak kecil macam saya, memiliki rupiah dalam jumlah sekian
banyak, tentu saja saya sudah merasa sebagai orang paling kaya se-Mojokerto.
Hahaha..
Dari sana kemudian saya memiliki kegemaran baru. Menyisihkan
berapapun uang yang saya dapat untuk bisa saya tabung. Sebenarnya waktu itu
bukan jumlah yang membuat saya demikian bersemangat, namun perasaan ketika
melakukan proses menabung itu yang tidak pernah bisa saya lupa.
Saya selalu menyukai aroma Bank BNI. Meskipun saya datang
dengan sepeda pancal, dan tentu saja mengherankan anak sekecil saya sudah seliweran
di bank sendirian, tapi satpam di sana selalu ramah. Mereka baik. Juga suasana
di dalam bank itu sendiri. Kursi-kursi yang nyaman, nomor tunggu elektronik
untuk antre yang pada waktu itu sudah sangat modern sekali (di bank lain pada
masa itu, masih mengharuskan nasabahnya untuk berdiri mengantre di depan teller),
juga permen yang tidak pernah saya lewatkan. Ya, maklumi saja, saya masih belum
genap 14 tahun saat itu.. :)
Namun sayangnya, selepas SMP saya harus melego semua
kesenangan sederhana itu. Tabungan saya akhirnya dipakai juga untuk kebutuhan
lain yang lebih penting, masuk SMA.
Memang butuh waktu agak lama untuk kembali kepada cinta
pertama. Terutama adanya halangan peraturan kantor yang mengharuskan karyawan
memiliki satu rekening dari bank yang sama. Tapi kemudian, toh, yang namanya
cinta juga akhirnya kembali juga.
Sekitar hampir 2 tahun lalu saya memutuskan untuk kembali
menjadi nasabah BNI. Saya membuka 2 rekening sekaligus, yaitu Taplus dan
Tapenas.
“Saya sebelumnya sudah pernah punya rekening BNI lo Mbak..”
kata saya sembari menyelesaikan formulir pendaftaran waktu itu. Dan kemudian
Mbak CS menginformasikan bahwa data seluruh nasabah BNI sudah ter-record,
jadi data-data saya pasti masih ada. Dan benar saja, memang data saya 15 tahun
yang lalu masih ada di database-nya.
Jujur sebagai nasabah awam, menyenangkan sekali bahwa data
kita masih tersimpan rapi. Perasaan diingat dan disimpan itu memang
menyenangkan. Dan meskipun sekarang saya bukan nasabah BNI Mojokerto lagi, tapi
aroma yang pernah saya rasakan ketika masih kecil dulu, rasanya masih tetap
sama. Aroma ketulusan yang menyenangkan.
Pantas saja jika kemudian BNI mendapatkan banyak
penghargaan, diantaranya tujuh penghargaan bergengsi dari total delapan
ketegori kompetisi Contact Center World se-Asia Pasific di Singapura pada Juni
2014 lalu. Penghargaan yang didapat antara lain Peringkat Gold untuk Best
Analyst, Best Contact Center Support Professional HR, Best Help Desk, dan Best
in Customer Service.
Sebenarnya masih banyak penghargaan lain yang diterima BNI
kurun waktu terakhir. Namun mengetahui BNI mendapat penghargaan kelas dunia
untuk layanan konsumen, bagi saya adalah hal yang tepat sekali, karena memang BNI
benar-benar melayani negeri untuk kebanggan bangsa :)
Ah ya, dan tentu saja selain itu BNI sepertinya memang
representasi dari cinta pertama yang tak pernah salah :)